Dikira Misionaris

M Zaaf Fadzlan Rabbani Al-Garamatan terlahir dari keluarga Muslim. Ayahnya, Machmud Ibnu Abubakar Ibnu Husein Ibnu Suar Al-Garamatan, dan sang ibu, Siti Rukiah binti Ismail Ibnu Muhammad Iribaram, sudah menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini. “Dari kecil saya sudah mengaji dan suruh jaga itu Islam,” ujar anak ketiga dari delapan bersaudara ini.

Fadzlan masih keturunan Raja Pattipi, penguasa kerajaan Islam pertama di Irian. Belum lama ini keluarga kerajaan mewakafkan tanah seluas 150 hektar untuk dakwah Islam. “Saat ini baru dimanfaatkan untuk pertanian. Insya Allah akan dibangun untuk Islamic Center,” kata Fadzlan.

Pendidikan dasar sampai SMA ditempuh di Fak-Fak. Tahun 1980 melanjutkan ke Fakultas Ekonomi universitas ternama di Makassar, lulus 1984. “Sebenarnya mau masuk Tarbiyah, ingin jadi guru seperti orangtua saya. Tapi keterpurukan ekonomi masyarakat di sekitar saya mendorong untuk masuk Ekonomi, barangkali saya bisa berbuat sesuatu kelak,” kenangnya.

Meski orangtuanya guru dan punya penghasilan lumayan dibanding warga sekitarnya, Fadzlan kuliah dengan biaya sendiri. Ia jualan minuman ringan dengan gerobag dorong. “Itu namanya perjuangan. Di Irian yang bergunung-gunung saja bisa saya taklukkan, masak daerah rata gini tidak bisa.”

Semasa kuliah, Fadzlan aktif di berbagai kegiatan. Misalnya menjadi Sekretaris Bidang Pembinaan Remaja Masjid Raya Makassar, pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan berbagai kegiatan keagamaan di kampus.

Aktivitasnya itu membuat Fadzlan kerap tampil di atas mimbar. Tiap pulang kampung, yang dilakukannya bukan bercengkerama dengan keluarga, tetapi berdakwah. Mula-mula di sekitar Fak-Fak, lalu ke Sorong, Nabire, Jayapura, dan seterusnya.

“Saya datangi masjid-masijd, silaturrahim dengan pengurusnya, juga lembaga-lembaga Islam, sehingga terbangun jaringan silaturrahim di berbagai daerah di Irian. Inilah yang kelak sangat membantu terbentuknya jaringan AFKN.”

Kesibukan berdakwah itu membuat Fadzlan jadi “telat” menikah. Baru kesampaian tahun 1998, dengan menyunting Sri Ratu Fiftin Irjani, Muslimah berdarah Bugis. Allah telah menganugerahinya seorang putra tampan bernama Muhammad Fakar al-Fakih (7 tahun).

Apa yang mendorong Anda jadi da’i?

Saya ini sekolahnya umum, bukan pesantren. Dulu kalau tidak pakai kopiah dan baju koko, saya ucapkan salam kepada orang Jawa, Makassar, orang Padang, kok seringkali tidak dijawab. Barangkali mereka melihat penampilan fisik saya yang rambutnya keriting, kulit hitam, dari Irian, pasti Kristen.

Padahal saya terang-terangan berwudhu, shalat berjamaah di masjid, namun masih saja dicurigai. Barangkali saya dianggap misionaris yang menyusup. Wah, ini tidak bisa dibiarkan. Satu-satunya cara agar orang mengakui saya sebagai Muslim adalah dengan menjadi da’i.

Selain di AFKN, apa aktivitas lainnya?

Di Pesantren Al-Khairat Bekasi, juga mengajar majelis ta’lim di beberapa instansi di sekitar Jakarta. Namun saya membatasi kegiatan ceramah di Jakarta, sebab kalau terlalu padat nanti jadi tidak bisa sering “tempur” di Irian.

Anda sudah menjelajahi seluruh wilayah Papua?

Sebagian besar, namun ada beberapa wilayah di sekitar Merauke yang belum. Masih banyak yang belum bisa ditembus para da’i, mungkin sekitar 20%. Maklum, kondisi alam yang sulit. Itulah kawasan yang sering diklaim misioaris sebagai kawasan Kristen, padahal tidak seperti itu.

Tantangan terberat di daerah mana?

Semua berat. Tapi kalau berpikir berat-berat terus, kapan orang mau masuk Islam? Biar satu kampung cuma ada 5-6 orang yang potensial kami bina, yang penting kami sampai.

Bagaimana menjaga stamina ruhani agar tetap fight menghadapi tantangan semacam itu?

Tanamkan dan belilah nafsu dunia dengan keikhlasan dan kesabaran. Tancapkan pedang amanah di atas pundak, ini adalah tugas yang mulia.* (red)

Sumber: Suara Hidayatullah

Tanggapan

  1. Assalamu alaikum ustadz fadzlan,selamat berjuang membela agama ALLAH,semoga ustadz selalu diberi kesehatan dan kesabaran.Amin ya rabbal alamin

  2. Assalamu alaikum wr wb.
    Barokallah bagi ust fadlan n semua santri yg berdakwah disana. Mohon infonya bagaimana kami yg dijakarta bisa menjadi salah satu orang tua asuh bagi siswa mualaf papua yg sekolah d jakarta, paling tdk memberika biaya sekolah.

    yayasan afkn ini adalah mimpi saya. Ada sebuah yayasan yg bergerak utk dakwah islam ke pelosok. Bagi yg tdk bisa berangkat ke sana, baiknya jd donatur, agar peradaban islam berkembang, dan kita mendapatk amal jariyah yg akan tetap mengalir walau kita nanti sdh mati. Wassalam

  3. assalmualaikum, wr wb, ..wahai saudaraku seummat, betapa mengesankan pribadi ustadz yang sudi mendarma baktikan sebagian hidupya untuk berda’wah di jalanMu,,, semoga Alloh selalu merahmati segala ichtiar yang tengah ditempuh….saya ingin megikuti jejak beliau, namun belum tahu bagaimana memulainya, awal mulanya saya mengenal AFKN dari kenalan di angkot Bekasi Kranji, kemudian saya mengujugi asrama para santriwati di bilangan Malaka Country, dan saya igin mencurahkan kasih sayang kepada mereka untuk mendorong perjuangan mereka dalam menuntut ilmu dengan cara mengisi waktu luang mereka untuk berbuat sesuatu, dan kedepannya saya masih terus meraba apa lagi yang bisa saya lakuka utuk para swantriwati ini agar bisa membawa pulang hasil dari perjuanganya ke tanah Nuu War yag sama2 kita cintai, oleh karena itu sy ingin berkujung ke Al Khoirot bila diijinkan untuk bisa megenal perjuangan beliau lebih jauh. dan petujuk jihad apa yang sebaikya bisa saya lakukan, …….moho saran…billahi tauik wal hidayah, wassalam mualaikum Wr Wb….hamba Alloh

  4. saya akan mengikuti langkah anda ustad fadzlan, barakallahu fikka.

  5. ya. Saya tertarik pengalamanmu. Berceritalah terus. Kunjungi setiap radio. Agar segmen pedengar radio terinpirasi, bersinarlah islam dihati pendengar radio seluruh indonesia. Anda sedang ditunggu. Ya sedang ditunggu.

  6. Assalaamualaikum wr wb.
    Sangat terharu mengetahui perjuangan ustadz Fadzlan. Mudah2an senantiasa diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk terus berda’wah. Aamiin YRA.
    Saya ingin membantu sebisa saya bgmn caranya…


Tinggalkan komentar