Oleh: dakwahafkn | 10 November 2010

Laporan Kegiatan: AFKN Peduli Wasior

Laporan Kegiatan

AFKN Peduli Wasior

Kab. Teluk Wondama, 1 – 6 November 2010

Gambaran Umum

Senin, 4 Oktober 2010, Wasior, Kab Teluk Wondama diterjang banjir bandang. Air bah yang disertai batu-batu besar dan batang-batang kayu dari gunung Wasior itu telah meluluhlantakkan rumah dan bangunan yang dilewatinya. Tercatat korban jiwa meninggal 289 orang, sekitar 132 orang di antaranya masih belum diketemukan. Di sinyalir mereka yang hilang, ada yang tertimbun lumpur, terbuang ke laut, dan masih tertimbun kayu-kayu besar.

Wasior merupakan kota Kabupaten Teluk Wondama. Ada beberapa titik kampung yang mempunyai korban dan kerugian paling terparah, yaitu: Kp. Rado, Kp. Sanduae, Wasior Kota, Pasar Pagi, Kp Mie, Kp. Manggurae, Kp. Wondiboi, dan Kp Isei. Rata-rata masyarakat yang rumahnya tersapu air bah itu pindah mengungsi ke Manokwari, sebagian juga masih bertahan di Wasior untuk menjaga harta benda yang masih tertinggal. Air bah yang turun juga seperti “memilih” rumah yang hendak disapunya. Sebab, faktanya tidak semua rumah di Wasior hancur, masih banyak rumah yang terlihat kokoh berdiri.

Dalam pantauan tim AFKN Peduli Wasior, yang membuat kondisi banyak korban dan rumah hancur tidak saja air yang bergulung-gulung turun dari gunung. Air itu juga membawa pohon-pohon besar dan batu-batu besar. Misalnya di Kp. Rado. Di kampung tersebut, nyaris sebagian besar rumah hancur, bahkan tidak tersisa, karena dilewati pohon dan batu besar yang turun dari atas gunung. Namun, jika dilihat dari kondisi fisiknya, pohon-pohon tersebut bukanlah hasil ilegal loging seperti yang diberitakan banyak media. Menurut penduduk setempat, pohon tersebut merupakan pohon-pohon yang sudah tua atau tercerabut, karena masih terlihat akarnya.

Hingga satu bulan pasca bencana, bantuan untuk korban banjir Wasior masih belum terdistribusikan dengan baik. Nyatanya, masih banyak korban, terutama yang berada di Wasior hanya mendapatkan bantuan satu kali. Padahal, bantuan di Posko Pusat Penanggulangan Bencana yang berada di Pelabuhan Manokwari masih sangat menumpuk. Pendistribusian yang banyak didapat para pengungsi yang berada di dua titik pengungsian di Manokwari: Markas Kodim dan Kantor BLK.

Kurang terdistribusinya bantuan untuk korban yang masih berada di Wasior ini diperparah lagi dengan sengketa pilkada di ibukota Kab Teluk Wondama ini. Masyarakat yang tidak memilih bupati incumbent, kurang mendapat perhatian. Salah satu titik pengungsi di Wasior, yaitu Masjid Al-Falah Wasior hanya mendapat satu kali bantuan dari pemerintah. Selebihnya bantuan banyak mengalir ke gereja dan daerah yang menjadi kantung suara bupati incumbent.

Kondisi ini tentu sangat tidak sehat. Di tengah bencana yang telah menerjang. Di saat para korban ini harus kembali bangkit dan membangun. Di saat banyak masyarakat yang trauma karena kehilangan harta benda dan keluarga. Di saat Wasior seperti sudah terlupakan karena Indonesia terus menerus dihantam bencana. Seharusnya pemerintah daerah mampu menumbuhkan semangat bersatu membangun negerinya. Tapi nafsu kekuasaan masih saja membuat ketidakadilan di negeri sendiri. Naudzubillahi min dzalik.

Informasi tersebut telah didapat tim AFKN Peduli Wasior saat masih berada di Manokwari. Inilah salah satu misi tim AFKN, selain memberikan barang bantuan, juga membangkitkan semangat para korban untuk bersatu dan membangun kembali negeri yang telah hancur.

AFKN Peduli Wasior

Tim AFKN Peduli Wasior telah berada di Manokwari pada hari Minggu, 31 Oktober 2010. Sementara, barang bantuan yang berangkat pada hari Rabu, 27 Oktober 2010 dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dengan KM Sinabung baru tiba di Manokwari pada hari Rabu, 2 Oktober 2010 pukul 12.00 WIT. Pengiriman itu merupakan pengiriman bantuan yang kedua, sebelumnya AFKN juga mengirimkan bantuan pada tanggal 7 Oktober 2010.

Setelah tiba di Manokwari, tim AFKN Peduli Wasior berusaha untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi pengungsi, baik yang berada di Manokwari maupun Wasior. Terutama berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan oleh para korban di pengungsian. Tim AFKN Peduli Wasior bertemu dengan Ketua AFKN Perwakilan Manokwari, Bapak Agus Hidayat dan Ketua MUI Kab Teluk Wondama, Ustadz Irwanto Syaban. Informasi dari mereka, tim AFKN Peduli Wasior mendapat info tentang barang-barang yang dibutuhkan dan kondisi pengungsi terkini.

Dari info tersebut, tim  AFKN Peduli Wasior kemudian belanja beberapa kebutuhan yang diperlukan oleh pengungsi, antara lain: beras, minyak goreng, mie instan, sabun mandi, air mineral, gula, dan bahan makanan lainnya. Beberapa barang kebutuhan sebagian sudah kami bawa dari Jakarta di KM Sinabung. Beberapa barang yang dibawa dari Jakarta, antara lain: selimut, baju layak pakai, al-Qur’an, buku Iqro, handuk, tas sekolah, baju sekolah, dan  perlengkapan sekolah; seperti buku tulis, pensil, dan pulpen.

Hari Selasa, 2 November 2010 pukul 12.00 WIT, KM Sinabung dari Jakarta tiba di Manokwari. Setelah bongkar barang bantuan dari kapal tersebut, tim memindahkan barang-barang ke kapal kayu “ KM Rahmat Indah 01” yang telah tim sewa dari pelaut Manokwari asal Bugis. Kapal kayu tersebut disewa dengan harga Rp. 20.000.000,- untuk mengangkut barang dan relawan.

Tepat pukul 22.00 WIT, kapal bertolak dari Pelabuhan Sanggeng. Awal perjalanan, kami sempat berhadapan dengan hujan yang lumayan besar. Bocor di sana-sini menyebabkan relawan tidak dapat istirahat dalam kapal beberapa saat. Meski hujan, namun kondisi ombak lautan termasuk bersahabat ketika itu. Biasanya, menurut informasi, lautan menuju Wasior tergolong ombak besar. Meski tak tergolong besar, salah satu wartawan dari TVRI tetap tergolek mabuk. Perjalanan dari Manokwari – Wasior menempuh waktu selama 18 jam.

Alhamdulillah, esoknya, pukul 16.00 WIT, tim relawan yang berjumlah 11 orang tiba di pelabuhan Wasior dengan selamat. Tim sudah disambut oleh pengurus Masjid Al-Falah Wasior yang akan memandu tim selama di Wasior. Barang-barang bantuan sebanyak 100 ton diangkut menggunakan 2 buah truk menuju masjid yang berjarak 1 kilometer dari pelabuhan. Di masjid juga, tim dibantu oleh beberapa masyarakat yang tinggal di masjid.

Setelah beberapa saat istirahat, ba’da Isya, tim langsung berjibaku dalam pekerjaan membungkus barang-barang bantuan yang nantinya akan dibagikan. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengurus masjid, pengungsi yang ada berjumlah 350 KK. Maka, tim dibantu dengan pemuda masjid bekerja untuk membuat bingkisan sebanyakl 350 kantung, yang berisi barang-barang yang sudah kami sebutkan di atas tadi.

Jam sudah menunjukan pukul 24.00 WIT, saat pekerjaan membungkus itu selesai. Sebagian besar tim bergegas ke pembaringan,terkecuali dua orang yang ditunjuk pimpinan tim AFKN Peduli Wasior, Ustadz Fadzlan Garamatan untuk menjaga barang bantuan. Sementara itu, beberapa tim masih berbincang-bincang dengan korban banjir yang ada di dalam masjid untuk mendengar cerita detail tentang peristiwa yang terjadi. Termasuk wartawan majalah Suara Hidayatullah, Ahmad Damanik yang tergabung dalam tim tersebut.

 

Saatnya Berbagi

Kamis, 4 November 2010, saat matahari baru saja memancarkan sinarnya, tim AFKN Peduli Wasior melakukan survey ke titik terparah korban banjir. Tim menyaksikan berbagai macam aktivitas warga; ada pasangan suami istri yang sibuk membersihkan lumpur setebal 20 cm di rumahnya, ada warga yang sedang memotong kayu besar untuk membuat rumah sementara bagi keluarga, ada juga beberapa masyarakat yang mulai membuka kembali tokonya yang selamat dari banjir.

Ada satu aktivitas anak-anak yang menarik perhatian tim. Yakni ketika anak-anak itu sedang berada di bawah sebuah kolong truk mobil. Ternyata mereka bukan sedang bermain. Yang mereka lakukan adalah menyedot dengan selang solar yang masih tersisa dalam tangki truk. Agar solar itu keluar, terlebih dulu mereka sedot solar itu menggunakan selang, setelah itu baru mereka tampung ke dalam derijen.

Tim sempat menanyakan buat apa solar itu dan siapa yang menyuruh mereka? Anak-anak ini ternyata melakukan itu untuk mendapatkan uang. Solar itu nantinya akan dijual kembali untuk membeli makan. Sungguh pilu saat tim mendengarnya. Mengapa sampai sebegitunya anak-anak itu melakukan pekerjaan demikian untuk mendapatkan makan? Apa yang dilakukan anak-anak ini barangkali masih ditolerir, toh truk yang diambil solarnya itu sudahh tak lagi berbentuk.Yang parah, menurut informasi pihak keamanan, pasca banjir ada pihak-pihak yang malah melakukan pencurian. Pencurian itu biasanya dilakukan pada rumah-rumah yang selamat, tapi ditinggal mengungsi sang penghuni.

Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di belakang kantor bupati, tim berjumpa dengan satu keluarga besar yang mengungsi dari rumahnya di Kp Isei. Meski baru sekali dapat bantuan, sang kepala keluarga mengaku tetap bahagia karena masih tetap bisa berkumpul dengan keluarganya. Di tempat itu mereka membuat rumah yang terbuat dari kayu yang diambil sendiri dari dalam hutan. Namun, sayang waktu itu tim belum membawa barang bantuan, sehingga belum bisa memberikan apa pun.

Tim segera bergegas kembali ke posko di Masjid Al-Falah.Siang itu, tepatnya selepas sholat Zuhur diadakan pembagian bantuan kepada para korban. Sebelum barang bantuan dibagikan, terlebih dulu diadakan tausiyah dari Irwanto Syaban dan Ustadz Fadzlan Garamatan. Dalam kesempatan itu, Ustadz Fadzlan memberikan motivasi kepada jamaah yang hadir bahwa dalam menghadapi bencana itu harus dengan bekal iman. Kalau kita sudah menghadapi ini dengan bekal iman, maka sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT), kita akan memandang ini sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Sebagai orang beriman maka kita harus segera bangkit dari keterpurukan yang dialami menuju hidup yang lebih baik. Menjadi semakin dekat kepada Allah SWT.

Di akhir ceramahnya, Ustadz Fadzlan Garamatan menjelaskan kepada jamaah tentang aktivitas yang dilakukan AFKN selama ini. Terutama aktivitas AFKN dalam meningkatkan kualitas SDM generasi muda Nuu Waar dengan memberikan pendidikan yang layak secara gratis. Terlihat sekali antusiasme masyarakat yang hadir. Sesekali keluar senyum dan tawa jamaah saat Ustadz Fadzlan memberikan moop (humor). Suasana cair inilah yang memang ingin diciptakan Ustadz Fadzlan bersama tim, sehingga ketegangan rasa, rasa takut, dan kecemasan yang mereka rasakan bisa lepas meski hanya sesaat. Tausiyah atau dakwah Islamiyah yang disampaikan Ustadz Fadzlan bagi mereka yang baru saja diuji, bagaikan curahan air yang menyejukkan. Menentramkan bagi jiwa-jiwa yang kering. Saat yang terpikir hanya kondisi keluarga dan harta yang hilang terbawa air. Saat yang terpikir, “Makan apa saya besok?” Tiba-tiba, saat tim AFKN Peduli Wasior datang, tak cuma barang bantuan yang dihadirkan, melainkan juga terapi mental berupa dakwah Islamiyah.

Usai memberikan ceramah, barulah tim AFKN Peduli Wasior membagikan bingkisan yang sudah disiapkan sejak semalam. Bingkisan-bingkisan itu diserbu masyarakat, tak terkecuali baju layak pakai yang sudah disiapkan tim.

Allah SWT menurunkan hujan-Nya saat kami selesai berbagi. Ada kesejukan yang tim AFKN rasakan siang itu. Tapi tidak begitu pada masyarakat Wasior. Isu terdengarnya gemuruh air dari arah gunung membuat masyarakat berlarian ke arah masjid. Suara gemuruh itu, menurut masyarakat seperti suara gemuruh pada 4 Oktober lalu yang membuat banjir bandang. Masyarakat banyak berkumpul di sekeliling masjid, bahkan sebagian mendesak untuk naik ke atas masjid, seperti dulu pada saat kejadian terjadi. Dalam kondisi ketakutan itu, tim AFKN Peduli Wasior masih harus menyerahkan amanah barang bantuan kepada masyarakat Wasior yang ada di tempat jauh dari masjid.

Air memang sempat turun kembali ke arah perkampungan warga. Hal itu terlihat saat tim berjalan menuju arah Selatan Wasior. Di beberapa titik jalan sudah terjadi genangan air setinggi mata kaki lebih. Mesk tidak separah ketika itu, tapi cukup membuat masyarakat terjadinya banjir susulan. La hawla wa laa quwwata illa billahi.Kami hanya bisa bertawakal kepada Allah menyerahkan urusan kepada-Nya. Hari itu kami hanya ingin menyapa dan bersilaturrahim kepada saudara-saudara kami di Kab Teluk Wondama sambil membagikan amanah dari umat Islam di Jakarta untuk meringankan beban mereka.

Setelah urusan itu semua selesai. Malam itu dalam keadaan hujan kian deras, kami harus bertolak dari Pelabuhan Wasior kembali ke Manokwari. Saat kapal mulai meninggalkan perlahan pelabuhan ada satu harapan dan doa yang kami panjatkan untuk Wasior yang masih sedang berduka: Ya Rabb, kami tahu musibah ini adalah kasing sayang-Mu kepada saudara-saudara kami. Jadikanlah air bah, kayu-kayu dan batu besar itu menjadi kesempatan bagi mereka untuk kembali tunduk dan taat dalam syariat-Mu. Limpahkan mereka dengan cahaya Islam dan iman. Amin.

Amanah Kader Terbaik

Insya Allah, pasca silaturrahim ke Wasior, beberapa putra terbaik dari Wasior akan dititipkan pendidikannya melalui AFKN. Jumlah terakhir yang akan datang ke Jakarta sebanyak 32 orang. Rencananya, anak-anak Wasior korban banjir ini akan dimasukkan ke beberapa lembaga pendidikan, sesuai dengan tingkat mereka masing-masing. Semoga kelak, ketika mereka kembali ke kampung halamannya dapat membangun masyarakat dengan ilmu dan ketaqwaan.*

Jakarta, 8 November 2010

Al-Fatih Kaaffah Nusantara

M Zaaf Fadzlan Rabbani Al-Garamatan

Ketua Umum


Tinggalkan komentar

Kategori